Capacity Building (Scholarship), Education and Training Program
Marine Expert Capacity Building program is a collaboration program that aims to promote knowledge, education links, and enduring ties between Korea and Indonesia through capacity building in the field of marine science and technology.
Structure of Capacity Building Programs
‘Long Term Expert Course’ will give a Diploma/Degree
‘Short Term Skill Training’ will give a Certificate/Credit
‘Joint Supervision Masteral Expert Course’ and ‘Field Survey Training Course’ are combined in one. All awardees of the Masteral Expert course MUST get credit through The Field Survey Training Course.
For Joint Supervision Masteral Expert Course, grantee students will be provided as below benefits:
Tuition fee per semester and to be evaluated for extension by next year 2 semesters
Collaboration research with Indonesian and Korean researcher
Short training and certificate (Summer school)
Have access to use MTCRC's equipment,space, and office in Cirebon
Supporting budget for presentation and cost associated with publications
Excellent student get a chance to continue his/her study in Korea (full-ride scholarships)
Monthly Allowance (Rp 2.000.000,-)
Capacity Building Program Activities
Joint Supervision Program Signing between Faculty of Earth Science and Technology ITB and MTCRC
🗓️ 9 July 2017
ITB-MTCRC The Odd Semester Special Topic Course
🗓️ 9 July 2017
Joint Supervision Program Signing between Faculty of Earth Science and Technology ITB and MTCRC
🗓️ 9 August 2020
13 students received scholarship of Joint Supervision Masteral Expert Course 2019
🗓️ 9 August 2020
Online Equipment Operation Training Course
🗓️ 9 July 2020
3 MTCRC program awardees of Joint Supervision Masteral Expert Course gave a presentation about their study progress
🗓️ 26 October 2020
Insights from MTCRC Awardee: Real-Life Experiences of Scholarship Recipients to Study in Korea
How Can I Study For Free In Korea? Pursue Your Higher Education Dreams With MTCRC Scholarships
Dayu Wiyati Purnaningtyas (20' Awardee of MTCRC Korea Invited Doctoral Expert Course) :
Meraih mimpi bagi sebagian besar orang bukanlah hal yang mudah, termasuk untuk saya pribadi. Terdapat berbagai macam lika – liku, kerikil, batuan atau bahkan tak jarang jurang-pun kita temui dalam perjalanan meraih mimpi. Melanjutkan studi di luar negeri merupakan salah satu mimpi yang saya perjuangkan dengan melalui berbagai halangan, rintangan kegagalan dan pengalihan jalur.
Perlahan tetapi pasti saya berhasil menggapai mimpi saya satu persatu, tentunya dengan perjuangan yang tidak mudah. Menemui kegagalan sudah menjadi hal yang sangat wajar bagi saya. Menjumpai takdir lain setelah usaha dan do’a yang maksimal, sering saya alami. Namun saya selalu yakin dengan apapun hasil yang saya peroleh tidak akan pernah mengkhianati usaha dan do’a yang saya lakukan. Dari berbagai perjuangan meraih mimpi yang saya lalui, saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah pernyataan inspiratif bahwa ‘tidak semua hal yang kita inginkan adalah hal yang terbaik untuk kita’. Oleh karena itu dalam setiap perjuangan dan usaha yang saya lakukan saya selalu menyertainya dengan do’a untuk memohon hasil yang terbaik. Sehingga apapun hasil yang saya dapatkan, saya yakin itu adalah takdir yang terbaik untuk saya.
Keinginan saya untuk bisa studi di luar negeri muncul sejak lulus S1. Mencoba berbagai peruntungan dalam berbagai aplikasi beasiswa di dalam dan luar negeri untuk kesempatan studi S2, pernah mendaftar beberapa universitas di Belanda dan juga Korea. Namun saya belum berhasil kala itu. Beasiswa yang berhasil saya dapatkan saat itu adalah beasiswa dalam negeri untuk melanjutkan studi master di Program Studi Kimia ITB. Saya sangat bersyukur, karena banyak sekali ilmu, pengalaman dan keterampilan baru di keilmuan Biokimia yang saya dapatkan, yang ternyata hal tersebut sangat membantu saya dalam menempuh studi doktoral saat ini.
Mimpi untuk studi di luar negeri pun akhirnya terwujud saat ini, setelah saya tergabung dalam staff pengajar di Prodi Oseanografi ITB. Latar belakang keilmuan S1 dan S2 saya adalah kimia, jadi bisa dibilang saat awal saya bergabung,pengetahuan saya mengenai ilmu kelautan masih sangat minim, bahkan limit mendekati nol. Tersadar bahwa saya perlu belajar dan berusaha lebih untuk memahami keilmuan kelautan, oleh karenanya saya tidak ingin menunda untuk melanjutkan studi S3 di bidang ilmu kelautan. Perjalanan mencari beasiswa program doktoral-pun dimulai. Saya tidak memiliki opsi untuk dapat melanjutkan studi doktoral di ITB, dikarenakan belum adanya profesor di bidang biologi atau kimia oseanografi saat itu. Sehingga saya mencoba mengikuti berbagai seleksi beasiswa luar negeri dengan beberapa negara tujuan. Sampai akhirnya saya diberi kesempatan untuk mengenal tentang Korea Institute Ocean Science and Technology (KIOST) dan Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC).
Tahun 2017 Korea-Indonesia bekerjasama untuk mendirikan pusat ilmu dan teknologi kelautan di Indonesia. Saat itu tim teknis yang berperan dalam proses pendiriannya terdiri dari pihak Indonesia adalah Prodi Oseanografi ITB, tempat saya mengabdi dan dari pihak Korea adalah KIOST. Tergabung dalam tim satuan tugas (satgas) pembentukan MTCRC, membuat saya banyak terlibat dalam berbagai agenda yang diadakan seperti joint research, joint workshop dll. Saya yakin ini bukan hanya sebuah kebetulan, namun ini merupakan sebuah jalan yang diciptakan untuk saya menemui takdir saya di kemudian hari.
14 November 2018 adalah kali pertama saya bertemu dengan profesor saya, Dr. Youn-ho Lee dalam program joint workshop MTCRC I. Saat itu beliau memaparkan penelitian yang sedang beliau lakukan di KIOST. Materi yang beliau sampaikan sangat berhubungan dengan penelitian yang pernah saya lakukan sebelumnya di jenjang S2. Usai acara selesai kami berdiskusi. Ditemani oleh Dr. Hansan Park, kami berdiskusikan terkait peluang beasiswa dari program pengembangan kapasitas MTCRC untuk program doktoral di KIOST, beliau mengenalkan tentang University of Science and Technology (UST) yang merupakan payung institusi bidang akademik untuk KIOST dan institusi riset Korea lainnya, serta bagaimana proses aplikasi beasiswa tersebut.
Proses aplikasi beasiswa MTCRC melalui UST ini tidaklah sulit, tapi tidak bisa juga digampangkan. Terdapat 3 tahapan proses aplikasi, yaitu seleksi berkas awal, wawancara, serta proses kelengkapan berkas akhir. Semua tahap harus dijalani dengan teliti dan sungguh – sungguh. Program beasiswa doktoral yang diberikan MTCRC untuk saya pribadi sangatlah baik. Di mulai dari besarannya yang bagi saya sangat memenuhi untuk kebutuhan tuition fee dan biaya hidup sehari –hari di Korea. Kemudian, terdapat juga Program Odyssey dari UST yang diberikan untuk mahasiswa baru selama 1 bulan. Program tersebut sangatlah membantu untuk mahasiswa internasional beradaptasi di Korea, terutama dengan kelas Bahasa Korea dan program pengenalan lainnya. Fasilitas penunjang lainnya pun tidak perlu diragukan, beasiswa yang diberikan juga melingkupi tunjangan kesehatan dan asuransi lainnya. Di setiap semesternya kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan medical check-up secara menyeluruh, dengan biaya yang ditanggung oleh KIOST. Dengan adanya komunikasi yang berkesinambungan dengan pihak MTCRC juga membuat saya merasa lebih nyaman dalam menjalani studi lanjut di negara ginseng ini.
Atmosfer akademik dan penelitian di KIOST juga sangatlah mendukung saya untuk berkembang. Sarana dan Prasarana laboratorium dan ruang kelas yang sangat baik, membuat saya takjub sekaligus semangat untuk belajar dan melakukan penelitian dengan sebaik mungkin. Sebenarnya banyak juga mahasiswa asing yang mengeluhkan terkait keterbatasan Bahasa. Namun setidaknya KIOST menyediakan program pelatihan Bahasa secara gratis untuk mahasiswa asing. Ditambah dengan adanya perlakuan yang adil, tidak membedakan suku, agama, gender, ataupun budaya dan keramahan dari lingkungan sekitar juga menambah kenyamanan saya untuk bisa memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang saya miliki saat ini. Semoga kedepannya semakin banyak teman – teman dari Indonesia yang berkesempatan untuk studi di Korea.
Study Abroad: Experience New Cultures, Make friends From Around The World, Gain A Global Perspective
Saat Mubarrok (19' Awardee of MTCRC Korea Invited Doctoral Expert Course) :
Pertama kali saya mendengar kabar mengenai info beasiswa doktor di University of Science and Technology (UST), Korea adalah melalui teman dan adik kelas saya, Muhammad Yusuf Musabbiq. Dia adalah adik kelas saya sewaktu kuliah di program sarjana Oseanografi, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan kami memiliki dosen pembimbing yang sama. Pada saat itu dia sedang menempuh tahun kedua Magister di UST dengan program studi Ocean Science dan berencana pulang setelah lulus. Untuk menggantikan dan melanjutkan riset dan penelitiannya di Korea Institute of Ocean Science and Technology (KIOST), dia menghubungi saya dan menawarkan posisi tersebut melalui mekanisme beasiswa UST. Jadi UST memiliki banyak kampus dan setiap mahasiswa UST akan ditempatkan ke lembaga riset Korea yang sesuai dengan bidang keahliannya, dalam hal ini saya dan Abbiq melakukan studi di KIOST.
Singkat cerita, setelah saya mengetahui kabar tersebut maka saya menghubungi profesor yang akan menjadi profesor pembimbing saya melalui email. Nama beliau adalah Professor Jang Chang Joo. Beliau menerima dan menyuruh saya untuk mendaftar pada penerimaan mahasiswa baru UST Spring 2019. Ada dua tahapan dalam proses penerimaan tersebut pertama seleksi berkas akademik dan yang kedua wawancara. Setelah melewati kedua tahapan tersebut akhirnya saya dinyatakan lulus menjadi mahasiswa program doktor di KIOST UST.
Pengalaman saya pada awalnya adalah pertama kita seluruh mahasiswa baru UST harus wajib mengikuti program orientasi yang diselenggarakan di kampus UST pusat di Daejon. Program ini berlangsung selama 30 hari dan seluruh biaya ditanggung oleh UST. Di program ini kita diajarkan tentang budaya dan Bahasa Korea secara dasar dan juga tentang isu-isu sains dan teknologi terbaru. Pada saat itu isu teknologi yang sedang booming adalah artificial intelligence, 3D printing, dan Internet of Things (IoT).
Pengalaman kelas dan riset di lab. Untuk pengalaman kelas sendiri, saya sekarang berada di semester ketiga program doktor. UST mewajibkan mahasiswa program doktor untuk mengambil 32 sks dalam 2 tahun atau 4 semester dan tahun ketiga dan seterusnya mahasiswa focus untuk penelitian dan riset. Aktivitas kelas sangat menyenangkan karena saya bertemu dengan teman-teman dari negara lain seperti Myanmar, Vietnam, Peru, Fiji, Jamaika, dan Filipina. Selain kelas utama, kami juga mengambil kelas Bahasa Korea dasar dengan metode kelas yang menyenangkan.
Untuk riset sendiri, karena saya melanjutkan penelitian dari mahasiswa sebelumnya, topik yang saya ambil untuk semester pertama adalah analisis the Seychelles-Chagos Thermocline Ridge di Samudra Hindia dengan menggunakan data Coupled Model Intercomparison Project 5 (CMIP5). Selanjutnya untuk semester kedua dan ketiga, saya focus di analisis curah hujan ekstrim dengan menggunakan metode generalized extreme value distribution dan sekarang sedang dalam tahap finalisasi dan analisis hasil penelitian. KIOST menyediakan saya satu set komputer desktop dan kami memiliki riset grup yang mengadakan presentasi lab setiap satu minggu sekali. Selain itu, biasanya juga diadakan seminar departemen yang mendatangkan beberapa pembicara dari instansi-instansi kelautan di Korea maupun instansi internasional.
Selain kegiatan riset dan kelas sehari-hari, saya dan teman-teman dari berbagai negara lainnya biasanya mengadakan aktivitas olahraga, jalan-jalan, atau makan-makan pada hari Sabtu dan Minggu, seperti melihat bunga sakura di musim semi, bermain bowling, tenis, basket, futsal, dan juga permainan tradisional korea seperti yutnori, jegichagi, dan gonggi.