Event Stories Archives

The Odd Semester Special Topic Course 

Date : August-December 2020

Venue : Online Meeting, Zoom 

Attendees :

Main Content : 

The Special Topic course is a subject held by the study program of Earth Science. The content varies from time to time adjusting to what is a crucial issue within the scope of Earth Science. For instance, last semester the topic was Oil Spill, and within this semester, the course is Applied Oceanography topics from various disciplines such as Remote Sensing and Satellite for Oceanography, Biological Oceanography, Marine Spatial Planning, Marine Geophysics etc.

Moreover, this semester's Special Course is also part of the cooperation between the Faculty of Earth Science and Technology and The Marine Technology Center and Research Cooperation in 2020. The faculty lecturers in charge are Dr. Eng. Totok Suprijo and Dr. Lamona Bernawis. The MTCRC Person in Charge is Dr. Hansan Park. Conducted 14 classes.The course applied Oceanography topics from various disciplines such as Marine Energy, Marine Molecular Genetics, OpOFS, Marine Biology and ecology, Chemical Oceanography, Marine Geology, Ocean Policy, and Coastal Process. 

All videos are documented by the MTCRC and solely for education only. The videos can be re-watch by special permission to MTCRC and given links to the youtube address.

Formally 10 students of the Earth Science Study Program (masteral course) are taking the credits, and many others especially the students awardees of the MTCRC/KIOST scholarship are joining the lectures. 

Ada Fasilitas Kelas Belajar Bahasa Korea di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi oleh Korea Indonesia MTCRC (Marine Technology Cooperation and Research Center) 

Jakarta, MTCRC - MTCRC menyelenggarakan kelas belajar bahasa korea yang diadakan setiap hari rabu setiap jam 4.30 WIB di Lantai 17 Gedung Kementerian Kemaritiman dan Investasi. Program yang dinamakan “MTCRC Korean Class” ini berlangsung selama 5 bulan di bulan Oktober 2019 hingga Februari 2020, program ini mengusung tema memperkenalkan bahasa hingga budaya Korea pada para pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Rencananya program kelas ini akan diadakan setiap tahun karena respon yang begitu baik dari para peserta.

Pembukaan MTCRC Korean Class diselenggarakan dengan meriah dan dihadiri langsung oleh para petinggi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yaitu Asisten Deputi 4 Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Dr. Nani Hendiarti, dan Kepala Biro Umum Dr. Djoko Hartoyo dan Co-director MTCRC Dr. Hansan Park. Dalam kesempatan itu, Dr. Park menyampaikan bahwa Korean Class ini adalah salah satu kesempatan untuk mengenalkan MTCRC kepada para pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman karena bekerja di gedung yang sama maka alangkah lebih baik jika saling mengenal satu sama lain, dan peserta yang terpilih dapat berkesempatan untuk bisa mengunjungi Institut marine and science di Korea.   

Dalam kesempatan itu pula, Asdep Dr.Nani Hendiarti yang sekarang menjadi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan harapannya agar peserta MTCRC Korean Class ini memanfaatkan kerjasama antara Korea dan Indonesia dengan belajar santai namun tetap serius dan tidak lupa untuk belajar dari negara Korea yang maju di sektor sains dan kelautannya.  Selain itu ditambahkan oleh Kepala Biro Umum Dr. Djoko Hartoyo yang sekarang menjadi Asisten Deputi Infrastruktur Pengembangan Wilayah, Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi, di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan agar pegawai-pegawainya memanfaatkan kelas yang difasilitasi MTCRC secara gratis ini karena ada beberapa pegawai juga yang mempunyai bakat di bidang bahasa korea yang bisa digali dan ditingkatkan lebih lanjut. Kemudian setelah sambutan, acara pembukaan dibuka dengan meminum teh Nokcha atau teh hijau khas Korea bersama dan dilanjut acara pemutaran video untuk pengenalan budaya Korea.

Program ini menarik minat para pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman karena memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk belajar, menyalurkan bakat dan hobby, hingga menjadi suatu tempat bertukar pendapat, berdiskusi dan menghabiskan waktu bersama setelah seharian bekerja. Pegawai yang mengikuti program ini memiliki kesamaan yaitu memiliki ketertarikan dan keingintahuan terhadap kebudayaan dan bahasa Korea, ini suatu kesempatan dimana para pegawai di berbagai komponen kerja, antar Kedeputian dan antar angkatan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi berkumpul dan menjadi lebih dekat satu sama lain. 

Selain belajar pembelajaran budaya Korea melalui pembelajaran dan informasi, ada sesi mengenalkan budaya Korea secara langsung, dimana para peserta MTCRC Korean Class ini diajak untuk mengenal berbagai Wisata di Seoul Korea, dan  Permainan asal Korea Go-stop dari seorang guru tamu dari spesial Mr. Choi Seung Hyun yang berasal dari Jamsil, Seoul, Korea. Selain itu para peserta juga diajak mencicipi makanan Korea dan mengunjungi restoran korea dan mengenal makanan korea secara langsung. Respon yang baik dari pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi juga membuat keberlangsungan program ini sampai 5 bulan. 

Salah satu pegawai dari Deputi Koordinasi Investasi dan Pertambangan Hendra Setiawan mengatakan “kelas korea tahun lalu itu asik dan pusing, konten dan tujuannya bagus, kurikulumnya bagus dan ditunjang guru yang persiapannya baik tapi memang kalo ketinggalan kelas jadi agak berat ngikutin kelas selanjutnya, dan aku ingin mengikuti program Korean Class di tahun selanjutnya”. Sementara salah satu Pegawai di Biro Umum Monika Theresiana mengatakan “Kelasnya asik dan nyaman, diajari dari dasar dan ada tugas tugas juga, dan gurunya juga orang indonesia jadi penyampaian materi tersampaikan dengan baik tapi karena aku masih sangat dasar pengetahuan tentang koreanya jadi ngerasa teman-teman lain lebih cepat belajar tapi aku jujur ingin ikut kelas lagi jika ada kelas yang lebih beginner di tahun depan”. Saat ini program ini untuk tahun 2019 sudah selesai, dan sedang mengagendakan program di tahun 2020 dengan konsep yang lebih baru lagi dan kelas yang lebih beragam. 

Momen keseruan pembelajaran

mencicipi makanan korea

hadiah untuk siswa berprestasi 

Online Training Course: Penentuan Dasar Laut dan Survey Batimetri Dalam Air Dangkal  

MTCRC - Training course yang dilakukan secara online oleh MTCRC merupakan kegiatan yang menyatu dengan program beasiswa yang diberikan kepada penerima beasiswa master sebagai salah satu upaya untuk pengembangan kapasitas (Capacity Building).  Kegiatan ini biasa dilakukkan secara langsung, namun karena adanya wabah Covid-19 maka pemberian materi diberikan secara online. Dalam Training Course kali ini yang dilakukan pada tanggal 15 April 2020 terdiri dari dua pemateri, yaitu Hanif Diastomo, M.Sc. sebagai Dosen ITB dan Dr. Euiyoung Jeong dari KIOST (Korea Institute of Ocean and Science Technology).

Sesi pertama mengenai “Penentuan Dasar Laut” disampaikan oleh Pak Hanif yang mengacu pada 3 konten utama, yaitu penentuan posisi, datum dan proyeksi data, dan akustik bawah air dan instrumentasi akustik. Penentuan posisi dalam sebuah survey batimetri diperlukan untuk menentukan lokasi titik kedalaman dimana survey batimetri berlangsung. Secara sederhana, survey batimetri bertujuan untuk mengetahui posisi x, y dan z, dimana x dan y adalah posisi secara horizontal dan z adalah posisi secara vertikal. Dalam penentuan posisi acuan secara horizontal (x,y), dapat menggunakan metode : Optic (Theodolit, sextant), Elektromagnet (Microwave EPS), Akustik (transponder) dan Satellite (GNSS, GPS, GLONASS, dll). Metode Akustik (transponder) umumnya digunakan untuk menentukan posisi di dalam air. Penentuan posisi secara horizontal menggunakan metode satellite yang akan dibahas pada training course yaitu menggunakan GNSS (Global Navigation Satellite System). Terdapat 2 jenis GNSS, yaitu : GNSS Navigasi dan GNSS Geodetic dimana GNSS Navigasi umum ditemukan dalam kegiatan sehari-hari seperti sistem gps di ponsel dan mobil. Dalam kegiatan survey, digunakan sistem GNSS Geodetic yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Dalam penggunaannya, terdapat beberapa error yang mungkin terjadi pada sistem GNSS dalam transfer data, yaitu: time error, atmospheric effect, multipath dan selective availability.

Metode yang digunakan dalam GNSS, antara lain Absolute Positioning yaitu penentuan posisi berdasarkan jarak semu antara antena penerima dan antena pemancar, merupakan perpotongan posisi dari beberapa satelit yang memancarkan sinyal. Tingkat akurasinya kurang baik karena tidak ada koreksi pada error yang mungkin terjadi. Contoh : Antena penerima di ponsel. Differential Positioning yaitu sudah memiliki koreksi untuk mengurangi error yang mungkin terjadi. Sinyal satelit dikirim ke sebuah sistem atau fasilitas yang bisa mengoreksi dan memperhitungkan error dari satelit dan memancarkan hasil perhitungan koreksi  dalam bentuk Code Phase ke penerima sinyal sehingga akurasi data akan lebih baik. Sistem ini dapat mentransmisikan data sampai radius 200 km. Kinematic Positioning yaitu memiliki prinsip yang sama seperti differential positioning, tetapi sistem pengkoreksiannya berupa Carrier Phase sehingga data yang dihasilkan memiliki presisi yang tinggi. Pada sistem ini hanya bisa mentransmisikan data sejauh 20-30 km.

Konten selanjutnya mengenai Datum geodetic yang merupakan acuan dalam penentuan posisi (elipsoid referensi). Elipsoid merupakan pendekatan matematik yang merepresentasikan kondisi bumi yang digunakan dalam sistem pemetaan. Titik pusat elipsoid merepresentasikan titik pusat bumi. Model elipsoid yang lazim digunakan pada Datum geodetic adalah WGS-84 yang digunakan untuk menjadi referensi penentuan posisi secara horizontal (x dan y). Selain itu juga terdapat datum vertikal yang digunakan sebagai referensi penentuan tinggi suatu objek pada suatu posisi. Datum vertikal yang terdapat pada peta diantaranya MSL, MHWS, MLWS, MHWN, MLWN. Pada acuan vertikal untuk penggambaran peta navigasi, digunakan chart datum. Chart datum menggunakan acuan ketinggian air paling rendah untuk keamanan navigasi pelayaran. Proyeksi peta merupakan penggambaran dari proyeksi 3D elipsoid ke dalam proyeksi 2D. Beberapa proyeksi yang biasanya digunakan adalah proyeksi mercator, dan hasil pengembangannya yaitu  proyeksi universal transverse mercator.

Konten terakhir mengenai akustik bawah air dimana gelombang akustik ini bisa merambat di medium sedangkan untuk gelombang elektromagnetik tidak bisa merambat di medium cair (akan memantul), untuk itu digunakan gelombang akustik. Selama gelombang akustik dipancarkan akan terdapat hambatan seperti spreading loss atau energi gelombang akustik yang hilang selama proses perambatan, menyebar ke segala arah. Selain itu, pengurangan energi juga bisa terjadi akibat pembelokan yang terjadi bila gelombang akustik menabrak suatu objek dan memantul akibat perbedaan densitas. Kecepatan suara di laut dipengaruhi oleh salinitas, temperatur dan kedalaman.  Kecepatan suara akan mengikuti pola perubahan pada salinitas, temperatur dan kedalaman pada laut. Perubahan 1oC, 1 psu, dan 100 m temperatur, salinitas dan kedalaman laut akan mengubah kecepatan suara sebesar berturut-turut 4.6 m/s, 1.34 m/s dan 1.63 m/s.

Beberapa metode yang digunakan untuk penentuan dasar laut antara lain, seperti mekanik yang menggunakan tali yang diikat pemberat (cara tradisional), metode akustik menggunakan alat Single Beam dan MultiBeam Echosounder dan Metode Non-Akustik menggunakan LIDAR dan satelit. Pada penentuan dasar laut secara akustik, terdapat beberapa komponen utama pada echosounder seperti transducer (receiver dan transmitter), processing unit dan display. Secara sederhana, transmitter akan menembakan sinyal akustik ke bawah air dan permukaan dasar laut akan memantulkan kembali sinyal tersebut dan ditangkap oleh receiver. Receiver akan mengoreksi sinyal hasil pantulan tersebut. Perbedaan single beam dan multibeam echosounder adalah jumlah sinyal yang dipancarkan dalam sekali tembak. Semakin banyak sinyal yang dipancarkan, maka data yang dihasilkan akan semakin akurat dan area sapuan menjadi lebih besar.

Pemaparan presentasi oleh Dr. Euiyoung Jeong mengenai Survey Batimetri di perairan dangkal merupakan daerah yang penting dalam wilayah pesisir, tetapi sulit untuk mengambil data di daerah tersebut sehingga pengambilan data kedalaman harus menggunakan kapal kecil dan jet ski. Dalam pelaksanaanya, single beam echosounder dipasang pada kapal kecil yang dioperasikan oleh 2 orang. Kapal juga dilengkapi oleh beberapa peralatan seperti GPS. Selain itu, digunakan pula jet ski yang dilengkapi oleh single beam echosounder (ukuran kecil), penggunaan kapal kecil dan jet ski efektif dilakukan namun cukup berbahaya, sehingga dalam pelaksanaanya harus memperhatikan kondisi-kondisi tertentu seperti ketinggian gelombang, dll. Selain menggunakan single beam, dalam perkembangannya, multi beam echosounder juga bisa dipasang pada kapal kecil dan juga jet ski (karena ukurannya yang semakin kecil hasil perkembangan teknologi).

Pengambilan data lingkungan di sekitar pantai bisa menggunakan metode drone photogrammetry yang merupakan program hasil overlap dari beberapa foto udara dan juga foto yang diambil dari bawah air. Output dari metode ini adalah topography 3D beresolusi tinggi dan orthophoto. Drone photogrammetry dapat menghasilkan data beresolusi tinggi (akurasi 2-3 cm). Tingkat akurasi data dari metode Drone photogrammetry ditentukan oleh kualitas foto yang ditangkap. Pengaruh atmosperik sangat berpengaruh terhadap kualitas foto yang ditangkap dan juga pada akurasi data yang dihasilkan. 

Penerima Beasiswa MTCRC Mendapat Kesempatan untuk Berdiskusi dan Dibimbing Tesis Langsung oleh Peneliti (Researcher) dari KIOST, Korea Selatan dan Dosen ITB Sekaligus

Cirebon, MTCRC - Sejak berdirinya MTCRC di tahun 2018, pada 2019 MTCRC telah berkontribusi aktif untuk mendukung pendidikan di Indonesia. MTCRC memberikan beasiswa S2 oseanografi di ITB untuk mahasiswa S1 di seluruh indonesia yang terpilih dari bidang terkait oseanografi. Pada 9 Desember 2019 bertempat di kantor pusat MTCRC di Cirebon, sehubungan dengan program beasiswa tersebut MTCRC menyelenggarakan sebuah acara dimana  mendatangkan 4 peneliti langsung dari Korea dan dipertemukan dengan 13 penerima beasiswa MTCRC. 

Tujuan dari acara ini adalah untuk membuka pengetahuan dan wawasan penerima beasiswa terkait 4 topik utama bidang riset di MTCRC (Operational Oceanography, Marine Debris, Ocean Energy, dan Ocean Satellite). Serta bermaksud untuk meningkatkan hubungan dan kesesuaian antara topik riset mahasiswa dengan bidang keahlian peneliti. Acara ini juga melatih soft skill para penerima beasiswa dalam menyampaikan presentasi, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat menggunakan bahasa Inggris. 

Acara dibuka dengan sambutan oleh Dr. Lamona I. Bernawis sebagai Plt co-director MTCRC sekaligus moderator pada acara ini. Selanjutnya sambutan oleh Dr. Hansan Park co-director MTCRC, beliau menyampaikan agenda dan tujuan dari acara ini sekaligus memperkenalkan 4 peneliti Korea yang hadir. Agenda acara ini adalah presentasi dari para dosen, peneliti, mahasiswa, dan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi antara mahasiswa dengan peneliti. Presentasi pertama disampaikan oleh Dr. Park Jun Young yang membahas tentang potensi topik riset yang berkaitan dengan coastal process. Kemudian dilanjutkan presentasi oleh Dr. Heo Ki Yong yang membahas tentang potensi topik riset  yang berkaitan science atmospheric. Presentasi ketiga yaitu Dr. Won Jae il yang membahas tentang potensi topik riset yang berkaitan dengan physical oceanography. Peneliti keempat disampaikan oleh Mr. Jeon Chung Kyun yang membahas tentang potensi topik riset mengenai marine geophysics dan penggunaan peralatan survei seperti seismic (airgun, sparker, Sub-Bottom Profiler), multibeam echosounder, LIDAR (Light Detection and Ranging), GNSS (Global Navigation Satellite System), dan GIS(ArcGIS). Presentasi kelima disampaikan oleh Dr. Ivonne M. Radjawane yang membahas tentang topik-topik riset yang sedang berjalan di Oseanografi ITB. Kemudian diakhiri dengan presentasi yang membahas mengenai minat riset dari mahasiswa yang diwakilkan oleh Najwan Al-Ghifari, Destika Agustina Widiawan, Ashadi Arifin Nur, dan I Putu Ranu Fajar. 

Pada sesi diskusi, mahasiswa dan peneliti berdiskusi tentang sejauh mana risetnya telah berjalan dan peneliti dari Korea memberi banyak masukan dan pandangan berdasarkan pengalamannya. Diakhir acara diskusi tidak lupa antara mahasiswa dan peneliti bertukar kontak email satu sama lain. Setelah sesi diskusi diselenggarakan agenda makan siang bersama antara peneliti dan mahasiswa untuk mengakrabkan diri.

Seorang penerima beasiswa yang berasal dari Bali bernama I Putu Ranu Fajar yang tesisnya membahas pemodelan numerik partikel sampah mengemukakan pendapatnya tentang acara ini, “Saya mendapat banyak masukan dan pandangan tentang tesis saya dari peneliti yang mempunyai banyak pengalaman hanya saja saya kurang puas dengan alokasi waktunya karena ingin lebih banyak waktu berdiskusi dengan peneliti. Secara keseluruhan acaranya bagus dan jika ada acara seperti saat ini lagi saya ingin ikut”. Lain halnya dengan mahasiswa yang bernama Najwan Al-Ghifari yang merasa “Acaranya seru dan memberikan insight, saya juga menjadi antusias dengan pelatihan yang akan diselenggarakan oleh MTCRC. Saran saya pembagian peneliti dari Korea dibagi sesuai dengan topik yang sudah dikelompokkan sebelumnya, dan jika tahun depan ada acara lagi seperti ini saya akan senang untuk ikut acara ini”. Program beasiswa MTCRC saat ini masih berjalan dan mendapat tambahan mahasiswa baru sebagai penerima beasiswa di tahun ajaran baru serta kedepannya acara seperti ini akan  diselenggarakan dengan lebih bervariasi.

Presentasi oleh penerima beasiswa

Sesi diskusi penerima beasiswa dan peneliti

MTCRC MENYERAHKAN HIBAH APD COVID-19 KEPADA PENGELOLA KAMPUS ITB WATUBELAH CIREBON


Hari Selasa, 28 Juli 2020, bertempat di aula gedung kampus sementara ITB Watubelah Kabupaten Cirebon, MTCRC (Marine Technology Cooperation Research Center) atau dikenal juga sebagai Pusat Kerjasama Teknologi Kelautan (Indonesia-Korea) telah menyerahkan hibah perangkat APD (Alat Perlindungan Diri) Covid-19 kepada Pengelola Gedung Kampus Sementara ITB, Watubelah Cirebon. 

Gambar (a)

Gambar (b)

Dalam prosesi penyerahan APD COVID-19 ini, MTCRC diwakili oleh Sdr. Hanif Diastomo, MSc., selaku dosen FITB-ITB yang sekaligus bertugas sebagai Manajer Departemen Training MTCRC. Sementara itu, pihak Pengelola gedung kampus diwakili oleh Bapak Iwan Kustiwan, M.Sc, selaku ketua Satgas Pengelola Kampus ITB Cirebon (Gambar a).  Proses penyerahan APD tersebut diatas juga disaksikan oleh Bapak Dr. Herto Dwi Ariesyady ST,MT, selaku Direktur Sarana dan Prasana, Institut Teknologi Bandung (Gambar b). Adapun hibah APD yang diserahterimakan terdiri dari thermo-gun, masker berbahan kain dan pelindung wajah (face shield)

Penyerahan APD tersebut diatas dilakukan bertepatan dengan kunjungan dari team ITB Pusat ke Kampus Sementara ITB, Watubelah Cirebon dalam rangka mempersiapkan pindah tugas pegawai tendik dari kampus Jatinangor  dan juga aktivasi kegiatan di kampus tersebut mulai 3 Agustus 2020.